Ilustrasi Orang Bule

Pengucapan orang kulit putih ataupun warga asing di Indonesia dengan kata bule rupanya dipopulerkan oleh Benedict Anderson, seorang ahli sejarah dan cendekiawan terkenal yang mengabdikan hidupnya untuk mengkaji politik dan adat Indonesia.


Bule merupakan plesetan dari kata bulai yang berarti putih layaknya albino. Kata ini juga bisa dipakai dalam konteks makhluk yang berkulit putih, seumpama kerbau bulai atau kerbau bule.
Pemakaian bule sebagai istilah pengucapan orang kulit putih menyerupai pemakaian kata ang mo di Singapura, kata gwailou di Hong Kong, dan kata mat salleh di Malaysia.


Di dalam biografi A Life Beyond Boundaries yang diterbitkan lima bulan semenjak Anderson wafat, mengisahkan bagaimana dia mempopulerkan kata bule ditahun 1962-1963.


"Memandang kulit saya, yang tak putih namun merah muda kelabu, aku menyadari kalau warna itu dekat dengan berbagai-bagai kulit binatang albino ( kerbau, sapi, gajah, serta sebagainya ), yang dinamakan orang Indonesia dengan sebutan lepas bulai atau bule," ucap Anderson di dalam biografi tersebut.


"Jadi saya memberi tahu teman-teman dini saya kalau saya dan orang-orang yang mirip saya mestinya dinamakan bule, bukan putih," imbuhnya.
Teman-teman Indonesia Ia menyenangi tanggapan tersebut dan selanjutnya menyebarkannya di antara penduduk terdekat lainnya.

Secara perlahan-lahan kata itu merata ke surat kabar dan majalah hingga berubah menjadi bagian bermula bahasa Indonesia sehari-hari. akan tetapi kejadian itu bukan berarti Anderson menciptakan sebutan orang bule. Dilansir Galamedia melalui Tompepinsky, Dosen ilmu pemerintahan di Universitas Cornell, Tom Pepinsky, menyelidiki lebih jauh asal-usul kata itu dan menemukan contoh pemakaian orang bule yang ada pada buku Taman Siswa garapan W. Le Fèbre yang diterbitkan di tahun 1952.

"Bagi warga yang biasa di jalan, salah satunya ada sebagian orang pemuda, melihat 'wong bulé' ( orang putih ) dengan terkejut mengejek. akan tetapi, kemudian revolusi sudah melupakan hal itu sebagai angin sepoi-sepoi yang masih sedikit mempengaruhi hidup ekonomis-sosial mereka," dalam isi buku itu. warga yang digambarkan oleh Le Fèbre di tahun 1952 ialah warga yang menjadi fokus studi Anderson yang terdapat pada bukunya Java in a Time of Revolution ( 1972 ). maka bukan tidak mungkin kalau Anderson mengerti istilah orang bule ketika Ia mengadakan studi di Jawa dan setelah itu mempopulerkan sebutan tersebut di tahun-tahun berikutnya